Saturday, 2 January 2016

Smartphone Samsung Sebentar lagi Akan Anjlok...!!! Ini 7 Alasannya






Dewasa ini saat teknologi ponsel berkembang dari masa ponsel analog hingga digital, persaingan dan naik turunnya posisi suatu pabrikan ponsel bagitu mengejutkan, ada suatu produk yang sebelumnya sangat booming dan merajai pasar entah kenapa beberapa tahun kemudian seperti hilang ditelan bumi.

Perputaran roda kehidupan ponsel terlihat begitu cepat, tak ada satu brand pun yang bertahan begitu lama. Ponsel yang awalnya bercokol pada posisi pertama seolah tak tertandingi dengan begitu mudah anjlok bahkan hilang di pasaran dengan derasnya gerusan sang waktu.

Kita dapat menengok sedikit ke belakang, Kejadian yang menimpa salah satu vendor asal Finlandia yang menjadi pemuncak di pasar dalam kurun waktu yang cukup lama, yakni Nokia. pada akhirnya keperkasaan vendor ini pun berakhir dan tergeser oleh BlackBerry yang datang dengan inovasi berupa push email dan fitur BlackBerry Messenger-nya.dan Nokia Pun seperti Hilang dari Pasaran.
Kejadia serupa kembali berulang yaitu yang dirasakan oleh BlackBerry, belum lama menikmati posisinya sebagai penguasa pasar ponsel  Tanah Air, tahtanya pun digoyang oleh kehadiran ponsel yang mengusung sistem Android, yang tak lain sistem operasi milik Google. 
Kehadiran ponsel dengan sistem Android yang begitu menyita perhatian pengguna, lambat laun berhasil menyingkirkan posisi BlackBerry. Setelah itu, muncullah Samsung sebagai penguasa pasar yang sukses berkat ponsel Android-nya. 

Sejak keberhasilannya menyodok ke posisi atas, hingga kini Samsung memang dapat mempertahankan posisinya, hingga hampir tak tersentuh saingan lain kecuali oleh Iphone.
Seperti yang perputaran sejarah roda kehidupan yang dialami para bekas penguasa pasar di masa lalu, meski masih berada di posisi atas, namun bukan tidak mungkin posisi Samsung, khususnya di Indonesia akan tergeser dalam waktu dekat. 
Faktor-faktor di bawah ini, yang mungkin menjadi  penyebabnya.
1.Persaingan Yang Sangat Ketat

Melihat dari data laporan statistik penjualan smartphone pada 2013 yang dikeluarkan Gartner, Samsung memimpin dengan pangsa pasar 32,1%. Penurunan pangsa pasar Samsung mulai terlihat setahun setelahnya 2014 , di mana pangsa pasar perusahaan itu anjlok ke angka 24,4%.

Sepanjang 2015, data menyeluruh mengenai statistik penjualan  smartphone global memang belum dirilis oleh para lembaga riset. Hanya saja, jika mengacu data yang dikeluarkan IDC untuk statistik penjualan  smartphone di Q3, pangsa pasar Samsung ter-capture turun tipis.

Andre Rompis, Vice President IT & Mobile Business PT Samsung Electronics Indonesia (SEIN), tidak menampik bahwa kehadiran kompetitor telah mengganggu dan menggerogoti pangsa pasarnya.

“Kami melihat persaingan yang datang dari China maupun dari negara-negara lain merupakan tantangan bagi Samsung. Karena kami sekarang market leader, wajar jika dikejar terus oleh mereka yang nomor dua, tiga, empat,” ujarnya, ketika bertemu redaksi Selular beberapa waktu lalu.

2.Harga Mahal

Di pasar smartphone, Samsung terbilang cukup lengkap dalam menghadirkan lini produknya, di mana hampir di semua segmen tersedia. 

Namun jika bicara mengenai harga, jika dibanding dengan para pesaingnya, harga smartphone Samsung dengan spesifikasi yang tak jauh beda ternyata harganya relatif lebih mahal. 

Kondisi ini tentu berpengaruh terutama bagi konsumen yang jeli yang tidak memiliki fanatisme terhadap suatu brand, di mana mereka akan berpikir ulang untuk membeli produk dengan spesifikasi sama tapi dibanderol lebih mahal.
Padahal, di sisi lain banyak bertebaran produk dengan spesifikasi mirip-mirip namun dilempar dengan harga lebih miring. Singkatnya, bisa dikatakan kecenderungan membeli smartphone hanya karena merek semata, sudah mulai menurun. Pengguna kini lebih berpikir akan value for money.
Seperti dikatakan oleh Joni, seorang pemilik salah satu gerai di Roxy bernama Jojo Celular, di mana menurutnya harga masih menjadi kendala utama yang membuat Samsung kalah bersaing dengan Asus, Lenovo, Xiaomi di segmen 4G.
“Produsen dari China maupun Taiwan berhasil mendominasi pasar 4G, lantaran ragam produknya dilego dengan harga yang murah meriah. Rata-rata ponsel 4G asal Tiongkok maupun Taiwan ada dikisaran 2,5 jutaan ke bawah,” lanjutnya beranalisis.
3. Konsomen Mulai Jenuh
Di sisi lain, kondisi di pasar sudah mengalami perubahan, di mana popularitas Samsung nampak sudah tergerus oleh para pesaingnya. 

Ambil contoh di segmen ponsel 4G, jika melihat langsung di pusat penjualan ponsel Roxy, misalnya, produk 4G buatan buatan Taiwan dan Tiongkok lebih dicari konsumen, dibanding perangkat buatan Korea Selatan yang selama ini menguasai pasar ponsel Indonesia.
4.Terlalu Sering Mengeluarkan Produk
Alasan yang tak kalah berpengaruh pada anjloknya penjualan produk samsung adalah terlalu seringnya vendor ini dalam meluncurkan dan melepas produk terbaru kepasaran .
Kebijakan ini dapat membingungkan dan membuat kecewa konsumen yang ingin memiliki produk ponsel terbaru, karena setelah di beli tak begitu lama keluar lagi produk yang baru dengan kualitas dan layanan yang juga baru, sehingga ponsel yang baru saja di belinya terasa sudah tertinggal.
Pengaruh dari kebingungan ini pada akhirnya akan berakibat pada enggannya konsumen membeli produk ini dan menunggu produk yang benar-benar baru, imbasnya para distribotor mengalami penumpukan barang dari produk yang selalu saja diluncurkan.

mereka mau tidak mau harus menyiapkan dana untuk melengkapi gerai penjualan mereka, padahal belum tentu dapat diserap maksimal oleh konsumen yang merasakan kebingungan dan kekecewaan tadi.

5.Kurangnya Promosi Online
sebagaimana kita ketahui, nama Xiaomi begitu berkibar salah satunya berkat vendor asal Tiongkok ini yang begitu apik menggarap channel penjualan online. Sukses Xiaomi menjual produk lewat channel online akhirnya ditiru oleh vendor lain. 

Sebut saja Lenovo, vendor yang juga berasal dari Tiongkok ini kerap menggandeng ritel online ternama untuk memasarkan produk anyar mereka dengan strategi ‘flash sale’.
Di saat para pesaing tengah gencar menjual produk lewat channel online dengan berbagai strategi yang dilakukan, Samsung sejauh pengamatan nampaknya belum atau kurang gencar melakukan kampanye penjualan lewat jalur online.
Kurang gencarnya Samsung memanfaatkan channel online memang tidak bisa dikatakan secara langsung membuat penjualan produknya menurun. 

Apalagi, sejauh ini pasar online masih terbilang kecil dibandingkan daya serap pasar tradisional. Namun demikian, kita bisa melihat Xiaomi yang justru sukses berkat strategi nyelenehnya. Selain menekan harga smartphone-nya semurah mungkin, Xiaomi juga memotong semua rantai distribusi. Bahkan, tidak menggunakan jalur distribusi konvensional selama ini. 

Xiaomi memilih cara penjualan via internet melalui toko online, kemudian mereka menjalankan strategi menyebar berita viral di internet sebagai ujung tombak marketing-nya. Alhasil, sukses Xiaomi memasarkan produk lewat jalur online, kemudian disusul oleh vendor lain, termasuk vendor lokal seperti Advan, Evercoss dan Mito.
Seperti dikatakan Daniel Tumiwa, Ketua Umum Asosiasi Ecommerce Indonesia (idEA), bahwa channel online merupakan alternative distribusi yang sangat baik, sudah dirasakan bahwa penjulan merupakan cara yang paling efektif. “Yang memakai internet berkembang 2,1x lebih cepat,” tandasnya
6.Beralih Ke Teknologi Lain
Ada sebuah pernyataan menarik yang dikeluarkan oleh seorang analis bernama Ben Bajarin. Analis ini menyebut bahwa Samsung bakal meninggalkan industri smartphone dalam kurun lima tahun mendatang. Bukan tanpa sebab, menurut Ben, vendor asal Korea Selatan itu bakal menghadapi apa yang disebutnya sebagai ‘Dilema Inovator’.
Kondisi ini dikatakan akan membuat Samsung menghadapi persaingan dengan produk yang lebih murah dan memiliki fitur serupa. Persis seperti yang dialami oleh vendor seperti Sony di pasar consumer electronics. Atau Ericsson atau Motorola yang pernah merajai pasar ponsel sebelumnya akhirnya harus turun tahta.

“Saat Anda mengirimkan produk dengan sistem operasi yang sama dengan kompetitor, Anda hanya akan sama dengan produk berharga terendah mereka,” kata Bajarin, seperti dilansir Phone Arena.
7. Siklus 5 Tahunan

Bahkan di India, tahta Samsung sudah dikudeta. Mengacu pada data yang dirilis Canalys pada 3 Februari 2015 lalu, disebutkan bahwa vendor lokal di India, Micromax, berhasil menguasai pasar smartphone dengan meraih pangsa pasar 22%. 

Menoleh ke belakang, tepatnya pada 2014 kiprah Samsung di Tiongkok juga sudah terganggu oleh pemain lokal di sana. Xiaomi berhasil mendongkel Samsung, di mana vendor yang digawangi Hugo Barra ini berhasil mengamankan 12,5% pangsa pasar dibanding 12,1% milik Samsung.
Ironisnya lagi, berdasarkan berdasarkan laporan penjualan smartphone terbaru di Tiongkok, Samsung semakin tergeser.
 Vendor asal Korsel itu tidak lagi masuk di posisi lima besar. Tiga besar vendor yang berhasil menduduki posisi atas di antaranya Huawei dengan pangsa pasar 18,7 persen, disusul Xioami (12,7%) dan Lenovo (12,7%), serta diikuti kemudian oleh TCL dan Oppo.
Menilik fakta yang tersaji, kecenderungan raihan pangsa pasar Samsung memang cenderung menurun. Secara global, Samsung sendiri berhasil mengkudeta Nokia sebagai penguasa pasar pada kuartal pertama 2012. 

Dengan kiprahnya yang terus dikuntit sang pesaing dengan segala strategi yang dijalankan, akankah Samsung mampu bertahan setidaknya hingga lima tahun sebagai pemimpin pasar hingga tahun 2017 nanti.

Tentunya analisa ini hanya sebatas perkiraan beberapa ahli yang mungkin saja kenyataan dilapangan bisa berbeda bahkan bisa saja terjadi sebaliknya, analisa ini juga bisa menjadi batu loncatan untuk para ahli dari samsung untuk lebih bekerja keras untuk mempertahankan dan memajukan produknya agar bisa selalu disukai dan dapat dijangkau semua lapisan masyarakat didunia khususnya di indonesia.
Demikianlah analisa dari beberapa pengamat kemungkinan anjloknya produk samsung dalam waktu dekat.
Semoga Bermanfaat




Related Posts

Smartphone Samsung Sebentar lagi Akan Anjlok...!!! Ini 7 Alasannya
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.